Hidupkan Kembali Budaya Diskusi

Jumat, 09 April 2010
Dunia kampus kini kehilangan akan jati dirinya. Kampus saat ini sedang mengalami disorientasi. Dunia kampus hanya diwarnai oleh mahasiswa-mahasiswa yang cenderung menjadi kalangan oportunis atau malah apatis. Lihat saja realitas tersebut diberbagai kampus. Budaya diskusi yang telah ada sejak dulu dan telah tertanam dalam diri mahasiswa, kini sudah jarang terlihat. Bahkan sudah menghilang entah kemana. Yang nampak hanya budaya Glamour, Hedon, Konsumerisme, dan lainnya mewarnai hampir di seluruh aktifitas serta kehidupan mahasiswa.

Padahal sebagai bagian dari masyarakat yang sedang menempuh proses pendidikan tertinggi, dengan sendirinya mahasiswa dipandang sebagai kaum intelektual. Kombinasi antara kesadaran diri sebagai warga kaum cendekiawan dan harapan masyarakat terhadap golongan intelektual merupakan kekuatan pendorong bagi mahasiswa untuk ikut mengemban peran golongan intelektual. Berdasarkan kapasitasnya sebagai kekuatan massa dan kaum intelektual, mahasiswa melaksanakan fungsi-fungsi kaum cendekiawan. Diantara lima kategori fungsi kaum cendekiawan yang dikemukakan oleh Shils, yaitu: Pertama, menciptakan dan menyebar kebudayaan tinggi dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kedua Menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa melalui kawasan terpadu. Ketiga, Membina keberdayaan bersama. Keempat, mempengaruhi perubahan sosial. Dan kelima, memainkan peran politik.

Hal demikian terjadi karena adanya perubahan sosial budaya dikalangan mahasiswa saat ini. Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Namun ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.

Sepertinya mahasiswa telah dirasuki oleh budaya bangsa lain. Mahasiswa saat ini enggan memberikan sumbangsih pikirannya terhadap komunitas diskusi di kampus. Jangan-jangan saat ini ilmu sudah tidak penting bagi mahasiswa dan jangan-jangan budaya diskusi dalam kampus di anggap sudah tidak berguna. Dimana peran mahasiswa sebagai agen of change dan sebagai pembela serta penolong rakyat kecil? Akan jadi apa bangsa Indonesia kedepan jika mental-mental penerus bangsa seperti itu?


Hal tersebut tentu masalah yang harus kita pecahkan bersama. Seharusnya
mahasiswa merubah budaya Gelamour, Hedon, serta Konsumerisme dengan gaya hidup sederhana. Kita diskusikan bersama bagaiman cara memecahkan penderitaan bangsa ini. Kita pikirkan orang-orang yang harus menangis darah meminta-minta uang hanya untuk bertahan hidup. Kita rasakan penderitaan saudara-saudara kita yang mengalami kemiskinan bahkan harus mati karena kelaparan.

Mari hidupkan kembali budaya diskusi di kampus, yang kini sudah jarang terlihat. Jadikan diskusi sebagai ajang memecahkan permasalahan bangsa ini. Berikan perubahan yang signifikan terhadap bangsa Indonesia. Jangan biarkan rakyat Indonesia berlarut-larut dalam penderitaan. Cukup sudahlah bangsa kita menderita akibat jajahan oleh bangsa lain pada beberapa abad yang lalu. Kita terusan perjuangan para pahlawan kita dengan cara menjaga kita dari jajahan bangsa lain, baik itu di bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya bangsa kita.